Selasa, 16 Juni 2015

Pemenang Sejati

" Pemenang sejati adalah orang yang mampu mengalahkan sifat yang tercela di dalam dirinya sendiri"

"Orang cerdas  adalah orang yang pandai mengambil hikmah dari setiap persoalan"

Orang Kuat adalah orang yang mampu mengalahkan egonya sendiri(hawa nafsunya sendiri)

Rasulullah Bersabda:

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى وَعَبْدُ الْأَعْلَى بْنُ حَمَّادٍ قَالَا كِلَاهُمَا قَرَأْتُ عَلَى مَالِكٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ
Orang yg paling kuat bukanlah orang yg tak dapat dikalahkan oleh orang lain. Tetapi orang yg dapat menguasai dirinya ketika ia sedang marah. [HR. Muslim No.4723].

Hadits Muslim 4724

حَدَّثَنَا حَاجِبُ بْنُ الْوَلِيدِ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ حَرْبٍ عَنْ الزُّبَيْدِيِّ عَنْ الزُّهْرِيِّ أَخْبَرَنِي حُمَيْدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ قَالُوا فَالشَّدِيدُ أَيُّمَ هُوَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ و حَدَّثَنَاه مُحَمَّدُ بْنُ رَافِعٍ وَعَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ جَمِيعًا عَنْ عَبْدِ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ ح و حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ بِهْرَامَ أَخْبَرَنَا أَبُو الْيَمَانِ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ كِلَاهُمَا عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ حُمَيْدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمِثْلِهِ
Bukanlah yg disebut dgn kuat itu orang yg jago gulat. Para sahabat bertanya; Wahai Rasulullah, lalu siapakah yg disebut dgn orang yg kuat?
Beliau menjawab: Yaitu orang yg mampu mengendalikan dirinya ketika marah. Dan telah menceritakannya kepada kami Muhammad bin Rafi' & 'Abad bin Humaid seluruhnya dari 'Abdur Razzaq; Telah mengabarkan kepada kami Ma'mar; Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, Dan telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin 'Abdur Rahman bin Bihram; Telah mengabarkan kepada kami Abu Al Yaman; Telah mengabarkan kepada kami Syu'aib keduanya dari Az Zuhri dari Humaid bin 'Abdur Rahman bin 'Auf dari Abu Hurairah dari Nabi dgn Hadits yg serupa. [HR. Muslim No.4724].

Sabtu, 13 September 2014

Hukum Mengkafirkan Orang Lain

  Kunjungi dulu info terpenting disini


Dari Abū Hurairah, Nabi—shalla’Llāhu `alaihi wa sallam—bersabda,
إِذَا قَالَ الرَّجُلُ لِأَخِيْهِ: يَا كَافِرُ، فَقَدْ بَاءَ بِهِ أَحَدُهُمَا
“Barangsiapa yang berkata kepada saudaranya, ‘Hai kafir,’ maka sesungguhnya hal itu kembali kepada salah satu dari keduanya.”
[Riwayat al-Bukhāri V/2263/5752.]

Dalam riwayat lain dari Ibn `Umar:
أَيُّمَا امْرِئْ قَالَ لِأَخِيْهِ: يَا كَافِرُ، فَقَدْ بَاءَ بِهَا أَحَدُهُمَا، إِنْ كَانَ كَمَا قَالَ وَإِلاَّ رَجَعَتْ عَلَيْهِ
“Siapa saja yang berkata saudaranya, ‘Hai kafir,’ maka sesungguhnya kalimat itu kembali kepada salah satu dari keduanya. Jika kondisinya adalah sebagaimana yang dikatakan, atau jika tidak maka kembali kepada pengucapnya.”[Riwayat Muslim I/79/60.]

Dalam lafal lain:

إِذَا كَفَّرَ الرَّجُلُ أَخَاهُ فَقَدْ بَاءَ بِهَا أَحَدُهُمَا
“Jika seseorang mengafirkan saudaranya, maka sesungguhnya kalimat itu kembali kepada salah satu dari keduanya.”[Riwayat Muslim I/79/60.]

Dari Abū Dzarr, Nabi—shalla’Llāhu `alaihi wa sallam—bersabda,
وَمَنْ دَعَا رَجُلاً بِالْكُفْرِ أَوْ قَالَ عَدُوّ اللهِ وَلَيْسَ كَذلِكَ إِلاَّ حَارَ عَلَيْهِ
“Barangsiapa yang memanggil orang lain dengan kekufuran atau menyebutnya sebagai musuh Allah padahal tidak demikian adanya, melainkan hal tersebut akan kembali kepada yang mengucapkannya.”[Riwayat Muslim I/79/61.]

Dalam riwayat lain dari Abū Dzarr, Nabi—shalla’Llāhu `alaihi wa sallam—bersabda,
لاَ يَرْمِيْ رَجُلٌ رَجُلاً باِلْفُسُوْقِ وَلاَ يَرْمِيْهِ بِالْكُفْرِ إِلاَّ ارْتَدَّتْ عَلَيْهِ إِنْ لَمْ يَكُنْ صَاحِبُهُ كَذلِكَ
“Tidaklah seseorang melemparkan tuduhan kepada yang lain dengan kefasikan, dan tidak pula kekafiran, melainkan hal itu akan kembali kepadanya apabila yang dituduh ternyata tidak demikian.”
[Riwayat al-Bukhāri V/2247/5698.]

Jumat, 11 April 2014

Dialog kyai dan pemuda salafi



Ini adalah sebuah kisah berkenaan dengan pertemuan seorang pemuda yang mengaku bahwa dia pengikut ajaran Salafi dengan seorang Kyai di sebuah pesantren.

Suatu hari, datang seorang pemuda ke sebuah Pesantren di Indonesia bertujuan untuk bertemu dengan Kyai di Pesantren tersebut. Maka berlakulah dialog di antara pemuda dan Kyai di ruang tamu rumah Kyai itu.

Pak Kyai : Silahkan duduk anak muda, siapa namamu dan dari mana asalmu?

Pemuda : Terima kasih Pak Kyai. Nama saya Abdullah dan saya berasal dari Kampung Seberang.

Pak Kyai : Jauh kamu bertandang ke sini, sudah tentu kamu punya hajat yang sangat penting. Apa hajatnya mana tahu mungkin saya boleh membantumu?

Pemuda tersebut diam sebentar sambil menarik nafasnya dalam-dalam.

Pemuda : Begini Pak Kyai, saya datang ke sini, bertujuan ingin berbincang beberapa permasalahan dengan Pak Kyai.

Mengenai permasalahan umat Islam sekarang. Saya ingin bertanya, mengapa Kyai-Kyai di kebanyakan pesantren di Indonesia, dan Tuan-Tuan Guru di Malaysia sering kali mengajar murid-murid mereka dengan lebih suka mengambil kalam-kalam atau pandangan para ulama?
Seringkali saya mendengar mereka akan menyebut : “ Kata al-Imam al-Syafii, kata al-Imam Ibn Ato’illah al-Sakandari, Kata al-Imam Syaikhul Islam Zakaria al-Ansori dan lain-lain”

Mengapa tidak terus mengambil daripada al-Quran dan Sunnah ?

Bukankah lebih enak kalau kita mendengar seseorang tersebut menyebutkan “ Firman Allah taala di dalam al-Quran, Sabda Rasulullah sallallahu alaihi wasallam di dalam hadis itu dan ini?”

Ulama-ulama itu juga punya kesalahan dan kekurangan. Mereka juga tidak lari daripada melakukan kesilapan.

Maka sebaiknya kita mengambil langsung daripada kalam yang Ma’sum yaitu al-Quran dan Sunnah.

Pak Kyai mendengar segala hujah yang disampaikan oleh pemuda tersebut dengan penuh perhatian. Sedikitpun beliau tidak mencelah malah memberikan peluang bagi pemuda tersebut untuk berbicara sepuas-puasnya.

Sambil senyuman terukir di bibir Pak Kyai, beliau bertanya kepada pemuda tersebut,

Pak Kyai : Masih ada lagi apa yang ingin kamu persoalkan wahai Abdullah?

Pemuda :  itu saja yang ingin saya sampaikan Pak Kyai.

Pak Kyai : Sebelum berbicara lebih lanjut, eloknya kita minum dahulu ya.

Tiga perkara yang sepatutnya disegerakan yaitu hidangan kepada tamu , wanita yang dilamar oleh orang yang baik maka disegerakan perkahwinan mereka dan yang ketiga orang yang meninggal, maka perlu disegerakan urusan pengkebumiannya,Betul kan Abdullah?

Pemuda : Benar sekali Pak Kyai .

Pak Kiyai lalu memanggil isterinya untuk menyediakan kopi pada mereka. Maka beberapa detik selepas itu minuman kopi pun sampai di hadapan mereka.

Pak Kyai : Silakan diminum Abdullah?
Abdullah pun terus mengambil kopi tersebut lalu menuangkan perlahan-lahan ke dalam cawan/lepek yang tersedia.

Pak Kyai terus bertanya : Abdullah, kenapa kamu tidak terus minum langsung dari gelasnya saja? Kenapa perlu dituang di dalam cawan?

Pemuda : Pak Kyai, mana bisa pak kyai saya minum langsung dari gelas. sedangkan gelasnya besar sekali dan sangat panas. Maka saya tuang ke dalam cawan agar memudahkan saya meminumnya.

Pak Kyai : Abdullah, itulah jawaban terhadap apa yang kamu persoalkan tadi.
Mengapa kami tidak mengambil langsung daripada al-Quran dan Sunnah? ianya terlalu besar dan terlalu panas untuk kami terus minum daripadanya.

Maka kami mengambil daripada apa yang telah dituang di dalam cawan oleh para ulama. Maka ini memudahkan bagi kami untuk mengambil dan memanfaatkannya.

Benar kamu katakan bahwa mengapa tidak terus mengambil daripada al-Quran dan Sunnah.

Kembali persoalan yang ingin saya lontarkan kepada kamu.
Adakah kamu ingin mengatakan bahwa Imam Syafii dan para ulama yang kamu sebutkan tadi mengambil hukum selain daripada al-Quran dan sunnah?
Adakah mereka mengambil daripada kitab selain dari Qur'an dan sunnah?

Pemuda : Sudah tentu mereka juga mengambil daripada al-Quran dan Sunnah.

Pak Kyai : Kalau begitu, maka sumber pengambilan kita juga adalah daripada al-Quran dan aSunnah cuma dengan kefahaman daripada para ulama.

Pak Kyai : Satu lagi gambaran yang ingin saya terangkan kepada kamu.

Saya dan kamu membaca al-Quran, Imam Syafii juga membaca al-Quran bukan?

Pemuda : Sudah tentu Pak Kyai.

Pak Kyai : Baik, Kalau kita membaca sudah tentu kita memahami ayat-ayat di dalam al-Quran tersebut bukan?

Imam Syafii juga memahami ayat yang kita bacakan.
Maka persoalannya , pemahaman siapa yang ingin didahulukan? Pemahaman saya dan kamu atau pemahaman Imam Syafii ?

Pemuda : Sudah tentu pemahaman Imam Syafii kerana beliau lebih memahami bahasa berbanding orang zaman sekarang.

Pak Kyai : Nah, sekarang saya rasa kamu sudah jelas bukan? Hakikatnya kita semua mengambil daripada sumber yang satu yaitu al-Quran dan Sunnah.
Tiada seorang pun yang mengambil selain daripada keduanya. Cuma bedanya, kita mengambil daripada pemahaman terhadap al-Quran dan Sunnah tersebut daripada siapa?
Sudah tentu kita akan mengambil daripada orang yang lebih dalam ilmunya. Ini karena mereka lebih wara’ dan berjaga-jaga ketika mengeluarkan ilmu.

Kamu tahu Abdullah, al-Imam Syafii Radhiyallahu 'anhu pernah ditanya oleh seseorang ketika beliau sedang menaiki keledai , berapakah kaki keledai yang Imam tunggangi?
Maka Imam Syafii turun dari keledai tersebut dan melihat kaki keledai tersebut.
Selesai melihat kaki keledai, barulah al-Imam menjawab : “ Kaki keledai yang aku tunggangi ada empat”.

Orang yang bertanya tersebut merasa heran lalu berkata “ Wahai Imam , bukankah kaki keledai itu memang empat, mengapa engkau tidak terus menjawabnya?”
Imam Syafii menjawab : “ Aku bimbang, jika aku menjawabnya tanpa melihat terlebih dahulu, tiba-tiba Allah taala hilangkan salah satu daripada kakinya maka aku sudah dikira tidak amanah di dalam memberikan jawaban”

Coba kamu perhatikan Abdullah, betapa wara’nya Imam Syafii ketika menjawab persoalan berkaitan dunia. Apalagi kalau berkaitan dengan persoalan agamanya?

Subhanallah..

Coba kamu lihat Abdullah betapa amanahnya mereka dengan ilmu.
Berbeda dengan manusia zaman sekarang yang baru seumur jagung di dalam ilmunya sudah berani mengaku seolah-olah mereka mengetahui segalanya.

Pemuda : MasyaAllah, terima kasih Pak Kyai atas penjelasan yang sangat memuaskan. Saya memohon maaf atas kekasaran dan keterlanjuran bicara saya .

Pak Kiyai : Sama-sama Abdullah. Semoga kamu akan menjadi seorang yang akan membawa panji agama kelak dengan ajaran yang benar InsyaAllah.


Berbagi: facebook
Berbagi: twitter

      Mohammad Taufiq Karangjati Ngawi
Facebook: Mohammad Taufiq Karangjati Ngawi
Twitter:    : Mohammad Taufiq Karangjati Ngawi
Email       : Mohammad Taufiq Karangjati Ngawi

Halaman: Tips Kesehatan
              :Arti Kehidupan 

Grup:       Forum Silaturahmi "NURUL HIKMAH" 

Sabtu, 05 April 2014

Kisah Dialog Pemuda Salafi Wahabi Dan Pemuda Aswaja



Assalaamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Sahabat fillah yang dirahmati Allah...

Suatu hari ada seorang pemuda wahabi yang bekerja di tempat dekat musholla.
Setiap waktu sholat pemuda itu selalu hadir mengikuti sholat berjam'ah.
Karena semua jama'ah di situ beraliran aswaja maka kebanyakan para jama'ah melihat penampilan pemuda itu di anggap aneh,karena selalu berpakaian cingkrang dan setiap sholat shubuh berjama'ah gk pernah mengikuti do'a qunut.

Pada lain waktu ada pemuda aswaja yang juga pendatang sering ikut sholat berjama'ah di musholla itu,
Setelah beberapa hari ikut sholat berjama'ah di musholla, pemuda aswaja tadi merasa kasihan melihat pemuda wahabi yang banyak di cuwekin oleh para jama'ah disitu.
Pada suatu saat pemuda aswaja itu berusaha mendekati lalu berkenalan dan mengajak ngobrol.
Setelah saling mengenal pemuda aswaja bertanya:
Mas saya heran sama orang orang sini ini lo,kok suka membeda-bedakan sesama muslim ya...padahal kita semua kan saudara?


Pemuda wahabi:
itu hak mereka mas ,saya bisa ikut sholat berjama'ah di musholla ini aja sudah berterima kasih kok..


Pemuda aswaja:
Mas saya ini heran low ,masak kemarin itu saya melihat ada seorang musafir tidur di srambi musholla ini di usir sama salah satu pengurus musholla, bukankah meremehkan sesama muslim itu di larang oleh islam?


Pemuda wahabi:
Mungkin itu dia lakukan karena dia tidak tahu mana yang terbaik bagi dirinya dan mana yang terbaik bagi orang lain.


Setelah pemuda aswaja mendengar jawaban demi jawaban yang di sampaikan oleh pemuda wahabi itu di nilai sangat baik dan bijaksana, pemuda aswaja berpikir dan beranggapan bahwa pemuda wahabi itu sangat berbeda dengan wahabi yang lain.
Tadinya pemuda aswaja itu beranggapan kalau si pemuda wahabi itu dari golongan islam garis keras yang fanatik dengan kelompoknya,dan suka mengklaim sesat terhadap muslim lain yang tidak sefaham denganya,ternyata anggapan itu salah.
Setelah apa yang di rasakan merasa cocok dan nyaman ,lalu pemuda aswaja itu meneruskan pembicaraanya,

Pemuda aswaja:
Mas maaf ya ,saya ingin bertukar pengetahuan,
Menurut mas apakah setiap sikap dan prilaku dalam amal ibadah yang tidak di contohkan oleh Rasulullah itu termasuk bid'ah?


Pemuda wahabi:
Betul, itu termasuk dalam kategari bid'ah

Pemuda aswaja:
Lalu apakah semua termsuk sesat dan akan masuk neraka?


Pemuda wahabi:
Tidak, tidak semua sesat dan tidak semuanya masuk neraka.


Pemuda aswaja:
Lo kok bisa lain,yang saya tahu hampir semua kelompok wahabi berpendapat kalau itu semua sesat dan di ancam neraka,dengan dasar Hadits:
Kullu bid'atin dholalah kullu dholalatin finnaar.


Pemuda wahabi:
Dasarnya semua sama ,tapi penafsiranya yang berbeda beda, tergantung tingkat pengetahuan seseorang yang menafsirkanya.
Apa yang disampaikan Rasulullah itu harus di tafsirkan sesuai dengan ajaran Rasulullah pula.
Tidak diperbolehkan salah dalam penerapan, di satu sisi mengikuti hadits Rasulullah tapi disisi lain justru bertentangan dengan akhlak yang telah di ajarkanya.
Kita tidak boleh mengklaim orang lain sesat ,karena sikap sok benar sok baik itu sudah termasuk sifat yang tercela yang tidak sesuai dengan akhlak yang di ajarkan Rasulullah.
Bagaimana kita berani mengklaim orang lain sesat jika itu dasarnya hanya dari sebuah penafsiran yang kebenaranya tidak diakui secara mutlak oleh ahli hadits dan salafushaleh.
Karena soal bid'ah ini ada dua penafsiran, jika klaim kita itu benar bahwa semua bid'ah adalah sesat maka bisa dipastikan hampir semua orang islam tak luput dari bid'ah,
Karena sahabat Rasulullah pun pernah melakukan itu.
Jika ternyata pendapat kita salah menurut Allah maka kita kena dampak negatifnya akibat taqlid buta, yaitu kita sudah berani menghalangi orang lain untuk berbuat baik itu sudah termasuk prilaku yang dimurkai Allah.
Padahal yg pantas menilai maksud dari hadits tersebut adalah ahli hadits atau salafushalih, karena beliaulah orang-orang yang dipilih Allah menjadi kekasihnya ,beliaulah orang-orang yang sudah teruji keimanan dan ketaqwaanya.
jika ada perselisihan berarti dua-duanya belum memiliki bukti yang kuat yang bisa diakui oleh kedua fihak mana yang benar menurut Allah.

Berarti hanya Allah-lah yang tahu kebenaranya dan hanya Allah-lah yang berhak menjadi hakim.
Kalau kita mengakui hanya Allah yang tahu maka sikap yg pantas bagi kita adalah kerendahan hati dan takut akan kemurkaan-Nya.
Fanatik terhadap kelompok itu tidak baik dan dampaknya akan menutupi diri kita sendiri dari kebenaran.
Manusia itu tempatnya salah dan lupa,hanya Allah yang maha sempurna. Syurga neraka bukan semata mata di ukur dari aliran tapi dari keimanan dan ketaqwaanya.
Hidup ini butuh kebijakan dalam memilih sesuatu. Pendapat dari siapapun kalau itu baik dan tidak melanggar qur'an dan sunnah perlu kita ambil.
Sebaliknya meski pendapat dari teman sendiri dan dari kelompoknya sendiri kalau tidak baik dan melanggar qur'an dan sunnah perlu kita abaikan.
Hanya orang-orang yang beriman dan bertaqwa-lah yang akan mendapat keselamatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Marilah kita saling menghargai dan saling mengingatkan antar sesama muslim agar tidak terjebak dalam kesesatan.


Pemuda aswaja:
Subhanallah begitu luas pengetahuanmu mas terima kasih atas ilmunya


Pemuda wahabi:
Sama sama mas ..saya juga masih harus banyak belajar kok...


Berbagi: facebook
Berbagi: twitter

      Mohammad Taufiq Karangjati Ngawi
Facebook: Mohammad Taufiq Karangjati Ngawi
Twitter:    : Mohammad Taufiq Karangjati Ngawi
Email       : Mohammad Taufiq Karangjati Ngawi

Halaman: Tips Kesehatan
              :Arti Kehidupan 

Grup:       Forum Silaturahmi "NURUL HIKMAH" 

Kamis, 03 April 2014

Banyak orang merasa bangga

Banyak orang merasa bangga karena mampu menjatuhkan lawan pemikiranya.
Padahal inti dari kemenangan adalah:
1.Mampu mengalahkan rasa egonya sendiri.

2.Mampu menghargai dan memahami pemikiran orang lain.
3.Mampu menghadapi lawan seperti kawan.

4.Mampu mengarahkan diri menuju kebaikan.

Berbagi: facebook
Berbagi: twitter

      Mohammad Taufiq Karangjati Ngawi
Facebook: Mohammad Taufiq Karangjati Ngawi
Twitter:    : Mohammad Taufiq Karangjati Ngawi
Email       : Mohammad Taufiq Karangjati Ngawi

Halaman: Tips Kesehatan
              :Arti Kehidupan 

Grup:       Forum Silaturahmi "NURUL HIKMAH" 

Pemenang

 Kunjungi dulu info terpenting disini
Seringkali kita lupa bahwa kemenangan sejati adalah:
Ketika kita mampu mengendalikan diri dari rasa emosi.
Menyamapaikan sesuatu dengan hatinuani bukan dengan nafsu.
Menyikapi lawan dengan rasa persahabatan.

Berbagi: facebook
Berbagi: twitter
      Mohammad Taufiq Karangjati Ngawi
Facebook: Mohammad Taufiq Karangjati Ngawi
Twitter:    : Mohammad Taufiq Karangjati Ngawi
Email       : Mohammad Taufiq Karangjati Ngawi

Halaman: Tips Kesehatan
              :Arti Kehidupan 

Grup:       Forum Silaturahmi "NURUL HIKMAH" 


Orang Hebat

Orang hebat bukan orang yang selalu menang dalam debat ,tetapi orang yang bijak dalam bersikap,dan pandai mengambil hikmah dari setiap permasalahan.


Berbagi: facebook
Berbagi: twitter

      Mohammad Taufiq Karangjati Ngawi
Facebook: Mohammad Taufiq Karangjati Ngawi
Twitter:    : Mohammad Taufiq Karangjati Ngawi
Email       : Mohammad Taufiq Karangjati Ngawi

Halaman: Tips Kesehatan
              :Arti Kehidupan 

Grup:       Forum Silaturahmi "NURUL HIKMAH"